Breaking News

Minggu, 09 April 2017

MAKNA DAN MACAM HIDAYAH




            Kata bermakna petunjuk yang sering digunakan dalam bahasa sehari-hari adalah al-hidayah. tetapi Al-Qur'an tidak pernah sekalipun menggunakan kata tersebut. Kata yang digunakan adalah al-huda yang disebut sebanyak 85 kali. Adapun kata kerja yang digunakan Al-Qur’an dalam kaitannya dengan ini ada dua bentuk, yakni:
1.      Huda-yahdi  yang berarti “memberi petunjuk, menunjukkan“ dan bentuk-bentuk perubahannya, termasuk dalam bentuk pasif (2 kali), yakni hudiya – yuhda (diberi petunjuk, ditunjukkan).
2.      Ihtada - yahtadi, artinya “ mendapatkan petunjuk” dan bentuk-bentuk perubahannya.

Ath-Thabathaba’i dalam Al-Mizan fi Tafsir Al-Qur’an membagi hidayah Allah menjadi: (1) hidayah takwiniyyah, dan (2) hidayah tasyri’iyyah:
1.      Hidayah takwiniyyah, ialah hidayah Allah yang berkaitan dengan urusan penciptaan. Hidayah ini diberikan kepada semua makhluk sepesiesnya masing-masing, seperti petunjuk kepada kesempurnaan  atau perbuatan masing-masing jenis makhluk dan hal-hal yang telah ditentukan untuknya.
2.      Hidayah Tasyri’iyyah, ialah hidayah Allah yang berkaitan dengan urusan syari’at, yakni petunjuk pada akidah yang benar dan amal shaleh. Dr. Wahbah az – Zuhaili berpendapat bahwa Allah swt. Memberikan lima macam hidayah kepada manusia untuk mencapai kebahagiannya, yaitu:
Pertama, hidayah al-ilham al-fitr. Hidayah ilham yang bersangkutan sifat fitri. Hidayah ini diberikan kepada anak sejak kelahirannya. Anak merasa butuh untuk makan dan minum.
Kedua, hidayah al-hawas. Hidayah indera. Ini untuk melengkapi hidayah pertama. Kedua hidayah ini dimiliki baik oleh manusia maupun hewa. Bahkan ada binatang yang mulanya lebih sempurna daripada manusia, sebab ilham pada binatang telah sempurna hanya beberapa saat setelah bertahap.
Ketiga, hidayah al-‘aql. Hidayah intelektual. Hidayah ini tingkatannya lebih tinggi dari dua hidayah yang sudah disebut sebelumnya. Manusia diciptakan – secara alami – sebagai makhluk madani untuk hidup bersama orang lain. Oleh karena itu hidup bermasyarakat tidak cukup hanya berbekal indera lahir, namunn diperlukan kemampuan intelektual yang berfungsi untuk mengarahkan kepada berbagai jalan kehidupan, menjaga dari kesalahan dan penyimpangan, membetulkan kesalahan-kesalahan inderanya dan menyelamatkan dari tergelincir dalam berbagai arus hawa nafsu.
Keempat, hidayah ad-din. Hidayah agama. Inilah hidayah yang tidak mungkin keliru dann sumber yang tidak mungkin sesat. Sungguh akal terkadang keliru dan nafsu terkadang tergelincir lantaran berbagai kesenangan dan syahwat, sehingga menjerumuskan ke dalam kebinasaan. Oleh karena itu, manusia memerlukan sesuatu yang meluruskan, membimbing, dann menunjukkan yang tidak terpengaruh oleh hawa nafsu. Maka itu perlu dibantu dan ditolong dengan hidayah agama guna membimbing ke jalan yang paling  lurus, baik setelah atau sebelum terjerumus ke dalam kesesatan. Hidayah ini senantiasa menjadi penjaga terpercaya yang menjadi tempat bernaung manusia dalam membekali dirinya dangan kunci-kunci pembuka kebajikan dan mempersenjatai diri dengan kunci-kunci penutup keburukan sehingga ia selamat dari tergelincir dan dijamin keselamatannya. Hidayah ini juga memberi informasi tentang batasa-batasan yang wajib baginya kepada kekuasaan Allah yang mana ia tunduk kepada-Nya dalam relung jiwanya yang terdalam dan merasa sangat butuh kepada Pemilik kekuasaan itu, Zat  yang telah menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan) dirinya serta menganuherahinya dengan berbagai kenikmatan lahir dan bathin yang tidak terhitung banyaknya. Oleh karena, itu hidayah ini adalah hidayah yang paling dibutuhkan oleh manusia guna mewujudkan kebahagiannya.
Ayat-ayat yang megisyaratkan jenis hidayah  ini (hidayah agama) banyak jumlahnya. Antara lain:

وهدينا ه النّجدين
Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (QS. Al-Balad:10)

Maksudnya, Kami telah menjelaskan (sifat-sifat dan ciri-ciri) jalan kebaikan dan jalan keburukan, jalan kebahagian dan jalan kesengsaraan. Dan firman-NYa

وامّا ثمود فهديناهم فستحبّوا العمى على الهدى
            Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka menyukai kebutaan (kesesatan) daripada petunjuk (QS. Fushshilat:17)

Maksudnya, kami telah menunjukkannya mana jalan kebaikan dan mana jalan keburukan, tetapi mereka memilih jalan keburukan

Kelima, hidayah al-ma’unah wa at-taufiq. Hidayah pertolongan untuk menempuh jalan kebajikan dan keselamatan. Hidayah inilah yang diperintahkan oleh Allah SWT agar kita mohon dalam firmanya-Nya:

اهدنا الصّراط المستقيم
Tunjukilah kami jalan yang lurus (QS. al-Fatihah:6).

Maksudnya: “berilah kami petunjuk yang dibarengi pertolongan dari hadirat-Mu, petunjuk yang menjaga kami dari kesesatan dan kesalahan”.
Hiadayah kelima ini khusus bagi (hanya dimiliki) Allah SWT, tidak diberikan kepada seorang pun dari makhluknya, bahkan Dia nafikan juga dari Nabi Muhammad SAW. Dalam firman-Nya:
انك لا تهدى من احببت ولكنّ الله يهدى من يشاء                                                                 
Sesungguhnya tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi (sekalipum), tetapi Allah lah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya (QS. Al-Qashash:56)

Dan firman-Nya:
ليس عليك هداهم ولكنّ الله يهدى من يشاء
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya (QS. Al-Baqarah:272)

Adapun hidayah yang bermakna petunjuk kepada kebajikan dan kebenaran ditetapkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw. dalam firman-Nya:

وانك لتهدى الى صراط مستقيم
Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus (QS. Asy-Syu’ara:52)

Ringkasnya, hidayah dalam Al-Qur’an itu ada 2 macam, yaitu:
(           1)   Hidayah umum (hidayah ‘ammah):
         “Petunjuk pada kemaslahatan-kemaslahatan para hamba di tempat kembalinya (kelak)”. Ini mencakup   hidayah pertama hingga keempat”.
(           2)   Hidayah khusus (hidayah khashah):
“Pertolongan dan bimbingan untuk menepuh jalam kebajikan dan keselamatan, yang menyertai (hidayah) petunjuk di atas” inilah hidayah kelima.

Senada dengan itu, tanpa perincian yang mendetail, Prof. Dr. M. Mutawalli asy-Sya’rawi dalam bukunya “Al-Qadha’ wa al-Qadar” mengatakan bahwa kata al-hidayah dalam al-Qur’an mempunyai dua arti:
Pertama, berarti sebagai petunjuk (ad-dalalah); dan ini diberikan kepada mahkluk Allah secara umum, kafir ataupun muslim. Sebagaiman firman-Nya dalam QS. Fushilat:17. Kata hadainahum dalam ayat ini tidak bisa diartikan membimbing mereka untuk menerima hidayah, tetapi bermakna Kami menunjukkan mereka jalan menuju kebenaran. Apakah mereka mau menempuhnya atau tidak, diserahkan pada mereka. Ternyata mereka, kaum Tsamud, tidak mau mengikuti petunjuk tersebut.
Kedua, sebagai pertolongan (ma’unah) dan bimbingan (taufiq) kepada kebajikan; dan ini hanya diberikan kepada orang-orang yang menyambut baik seruan Allah, beriman kepada-Nya, percaya pada tuntunan-Nya dan patuh pada titah perintah-Nya.
Dengan istilah yang berbeda namun maksudnya sama dengan kedua pendapat diatas. Ibnu Taimiyah membagi hidayah menjadi: (1) huda mujmal (hidayah yang bersifat umum), dan (2) huda mufashshal (hidayah yang terperinci)
Berdasarkan keempat pendapat ulama tersebut, dapat diketahui bahwa ath-Thabathaba’I menggunakan istilah yang lebih mendasar untuk membagi hidayah Allah SWT, yang secara prinsip sebenarnya tidak ada perbedaan dengan az-Zuhaili. Apa yang disebut hidayah takwiniyah at-Thabathaba’I mencakup hidayah umum pertama hingga ketika (hidayah ilham, indera, dan intelektual) dari pendapat az-Zihaili, sedaang apa yang disebut hidayah tasyri'iyah mencakup hidayah umum keempat (hidayah agama) dan kelima (hidayah khusus : hidayah pertolongan dan bimbingan). Sementara itu. Antara asy-Syahrawi dan Ibnu Taimiyah tidak ada perbedaan kecuali hanya pada penggunaan istilah saja. Hanya saja, pada hidayah umum keduanya hanya membatasi pada hidayah agama saja.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hidayah umum itu diberikan kepada Allah SWT kepada siapa saja, mukmin ataupun kafir. Melalui Al-Qur’an dan Rasul-Nya, Allah SWT telah menjelaskan mana jalan kebajikan mana jalan keburukan, menunjukkan sifat dan ciri masing-masing, mengarahkan pada pada jalan yang semestinya dilewati, memberikan rambu-rambudan memberikan akibat, balasan, dan terminal akhir masing-masing jalan. Soal jalan mana yang ingin ditempuh manusia, itu adalah pilihan mereka. Jika kemudian mau memilih beriman dan menjadi islam maka dia berpeluang untuk memperoleh hidayah khusus  (terperinci) dan hanya milik Allah SWT dan hanya diberikan kepada mereka yang taat dan mau senantiasa memohon kepada-Nya.  Wallahu a’lam bishawab…
Semoga kita diberi hidayah dan bimbingan oleh Allah SWT untuk menuju jalan-Nya. Aaamiin…
Semoga bermanfaat!








Tidak ada komentar:

Designed Template By Blogger Templates - Powered by BeGeEm