Breaking News

Rabu, 09 Agustus 2017

Adab-Adab Guru


Sejatinya, tugas guru adalah membangun peradaban suatu masyarakat dan bangsa. Hari ini, kita merasakan prihatin luar biasa atas maraknya perilaku menyimpang di kalangan para pelajar, seperti tawuran, perusakan, (bullying), contek massal, penggunaan narkoba, dan praktik seks bebas. Meski bukan satu-satunya pihak yang paling bertanggung jawab, namun guru terposisi sebagai pihak paling diharapkan peran dan fungsinya untuk membenahi perilaku anak-anak kita. 
Peradaban yang selamat dan menyelamatkan membutuhkan sosok guru yang terampil mengajarkan ilmu (pengajar) dan bisa jadi suri tauladan (pendidik). Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh aku telah diutus (oleh Allah) sebagai seorang pengajar" (HR Ibnu Majah).
Sebagai pengajar, Rasulullah merupakan sosok yang bijaksana, melimpah kasih sayangnya, metode pengajarannya menyenangkan, ucapannya lugas dan jelas, cerdas, memiliki perhatian yang besar kepada semua muridnya. Sebagai pendidik, Rasulullah SAW merupakan pribadi dengan akhlak yang mulia (QS al-Qalam: 4). 
Ketika anak-anak kita menunjukkan perilaku tidak beradab di tengah-tengah masyarakat, maka para guru mesti bermuhasabah, masihkah para guru berkomitmen dan konsisten mengamalkan adab menjadi seorang guru?
Adab merupakan akhlak, moral, tata krama, etik, nilai, atau pandangan hidup (Pusat Bahasa Kemdiknas, 2008). Jadi, adab guru adalah akhlak guru atau nilai-nilai yang mendasari keyakinan guru dalam berpikir dan bersikap. Ada lima adab yang harus istiqomah diamalkan guru sebagai pengajar maupun pendidik. 
Pertama, mengajar bukan karena tujuan ingin mendapatkan imbalan dan bukan pula karena mengharapkan ucapan terima kasih. Mengajar diniatkan sebagai salah satu cara untuk beribadah dengan mengharapkan ridha Allah SWT.
Kedua, mengingatkan murid akan akhlak yang buruk dengan ungkapan kasih sayang, tidak secara terang-terangan, dan dengan ungkapan yang lemah lembut bukan celaan. Alangkah lebih baiknya para guru merenungi kata-kata hikmah dari Imam as-Syafie: "Siapa yang menasihatimu secara sembunyi-sembunyi, maka dia benar-benar menasihatimu. Siapa yang menasihatimu di khalayak ramai, dia sebenarnya menghinamu". Nasihatilah murid-murid kita dengan kasih sayang dan menutupi aibnya agar tidak diketahui orang lain. 
Ketiga, dianjurkan saat memberikan pelajaran, guru menjelasan secara gamblang agar bisa dipahami oleh semua murid, bahkan oleh murid dengan kemampuan daya tangkap rendah sekali pun. Imam Tirmidzi dalam Kitab asy-Syamail meriwayatkan dari Aisyah ra bahwasanya dia berkata: "Rasulullah SAW tidak pernah berkata dengan tergesa-gesa sebagaimana yang biasa kalian lakukan. Akan tetapi, beliau berkata dengan ucapan yang sangat jelas dan rinci, sehingga orang lain yang duduk bersamanya akan dapat memahami setiap perkataan beliau" (HR Imam Tirmidzi).
Keempat, guru menyayangi murid-muridnya seperti mereka menyayangi anak-anaknya sendiri. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya aku bagi kalian tiada lain hanyalah seperti orangtua kepada anaknya. Aku mengajari kalian." (Ibnu Majah melalui Abu Hurairah)
Kelima, hendaknya guru berbuat sesuai dengan ilmunya, tidak mendustakan antara perkataan dan perbuatan. Allah SWT berfirman, "Apakah kamu menyuruh manusia (melakukan) kebajikan dan kamu melupakan (untuk menyuruh) diri kamu sendiri..." (QS. al-Baqarah: 44). 
Ketika murid tak mau mendengarkan dan mengikuti nasihat guru, alih-alih kita marah dan menyalahkan perilaku murid, marilah bertanya dahulu pada diri sendiri, "Apakah saya sudah menjadi guru yang beradab? Sudahkah saya melakukan apa yang saya katakan kepada murid-murid?" Jangan pernah berdusta pada diri sendiri dan para murid! Jika murid saja tak suka apalagi Allah SWT (QS ash-Shaff: 3).
Menurut iman Al- Ghazali, Adab adalah : " Adab atau Akhlak adalah suatu ibarat kepastian mengenai unsur yang konkrit di dalam diri, yang oleh karenanya , lahirlah tingkah laku secara spontan". Merealisasikan Akhak dalam kehidupan merupakan suatu keharusan, begitupun tingkah laku spontan bisa dikontrol, untuk mengontrol dan merealisasikan adab di perlukan suatu ketetapan, disebut ilmu. Misalnya, kita perlu tahu apa yang tidak disukai seseorang, maka di saat kita berada di sampingnya, maka harus dijahui. Seorang pelajar, sudah pasti harus punya adab tersebut, karena kalau tidak, dia tidak pantas menyandang gelar pelajar, terutama adab dengan Gurunya. Begitupun dengan Guru, selain sebagai seorang manusia yang biasa menjalani kehidupan sosial, karena statusnya itu, Guru tentu punya kelakuan khusus, terutama dengan para pelajarnya, alasannya sederhana, karena guru adalah panutan dimana setiap tingkah lakunya, gerak geriknya, ucapannya akan jadi contoh yang utama bagi murid-muridnya, seandainya panutan tersebut tidak baik, maka rusaklah keutuhan sebuah pembelajaran, rusaklah harga sebuah pendidikan. Oleh karenanya, Guru harus sangat benar-benar memperhatikan kelakuannya, terutama dengan muridnya, diantara adab dan kelakuan yang harus di punyai seorang guru diantaranya,adalah :
  1.  Menerima masalah yang dibawa oleh murid dan sabar dengannya.
  2. Mempunya rasa kasih sayang yang tinggi, pada segala urusan, terutama yang menyangkut dengan muridnya.
  3. Di saat mau duduk, maka harus memuliakan orang yang telah duduk duluan, duduk dengan sifat lemah-lembut beserta menundukkan kepala.
  4. Tidak takabur dengan semua orang, bukan hanya dengan muridnya saja, kecuali bagi orang yang suka melakukan aniaya, maksiat dan bangga dengan hal tersebut, boleh takabur dengan mereka untuk menolak kedhaliman atau kemaksiatan orang tersebut, karena takabur kepada orang yang takabur adalah sedekah, sebagaimana tawadhu’ dengan orang yang tawaddu’, karena sebagaimana dimaklumi bahwa orang yang berbuat aniaya itu adalah orang yang takabur.
  5. Mendahulukan sifat tawadhu’ di saat berkumpul dengan orang banyak, supaya diikuti oleh mereka.
  6. Meninggalkan bermain-main, bercanda dan bersendau-gurau dengan orang banyak dan terutama dengan muridnya, karena dapat meruntuhkan martabatnya dan penghormatan murid terhadapnya.
  7. Lemah-lembut saat mengajar, terhadap murid yang kurang IQ-nya, murid yang tidak bagus saat mengajukan pertanyaan, murid yang kurang memahami pelajaran, dan sebagainya, maksudnya membaguskan perkataan atau tingkah laku, karena itu akan membantu dan memberi pengaruh besar terhadap perkembangan murid.
  8. Memberi perhatian lebih kepada murid yang bodoh di saat mengajar.
  9. Jangan sekali-kali menyindir apalagi sampai marah terhadap murid yang bodoh tadi, karena kebodohannya.
  10. Tidak boleh malu dan takut mengatakan “ saya tidak tahu” atau “ Wallahu ‘alam” apabila ada satu-satu masalah yang tidak diketahuinya atau kurang jelas maksudnya, karena tersebut dalam satu riwayat hadis, bahwasannya nabi SAW. Pernah ditanyai oleh seorang laki-laki, tentang negeri yang paling buruk, kemudian nabi menjawab, “ saya tidak tahu, saya akan tanyakan kepada jibril ”, kemudian nabi menanyakan hal tersebut kepada jibril As, jibril menjawab “ saya tidak tahu, saya akan tanyakan kepada Allah SWT”.
  11. Ikhlas dan sungguh memperhatikan pertanyaan dari murid, memahami dengan sebenar-benarnya agar bisa dijawab dengan benar dan tepat.
  12. Menerima kebenaran di saat berdiskusi atau berdebat, walau itu datang dari lawannya, karena mengikut yang benar hukumnya wajib.
  13. Jangan takut mencabut pernyataan atau i’tikad yang nyata salah pada kemudian hari, sekalipun kebenaran itu datang dari orang yang derajatnya lebih rendah.
  14. Menegah murid yang mempelajari ilmu yang dapat memudharatkan agama murid itu, atau lainnya, seperti ilmu sihir, ilmu nujum (perbintangan), peramalan dan lain sebagainya. 
  15. Menegah murid yang berencana menuntut ilmu, bukan karena Allah SWT. Atau bukan karena negeri akhirat.
  16. Menegah murid mempelajari ilmu yang bersifat fardhu kifayah sebelum selesai dari ilmu yang bersifat fardhu ‘ain. Fardhu ‘ain yang untuk kemashlahatan dhahir dan bathin si murid, maksudnya, dengan fardhu ‘ain tersebut murid bisa mengerjakan seluruh amalan yang diperintahkan kepadanya dan menjahui segala larangannya.
  17. Segala sesuatu yang diajarkan oleh guru, harus dikerjakan oleh dirinya sendiri terlebih dahulu, sebelum diajarkan kepada orang lain, supaya orang lain tersebut bisa mengetahuinya dari perbuatan guru itu terlebih dahulu, sebelum mendengar langsung dari mulut gurunya, karena pengetahuan yang timbul dari perbuatan lebih kuat pengaruhnya dari pengetahuan yang timbul dari perkataan.
Demikianlah beberapa sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru, sebagaimana yang disebutkan oleh imam Al-Ghazali dalam kitab beliau, Muraqi ‘Ubudiyyah. Apabila pada seorang guru belum mampu mengamalkannya, maka belum pantas disebut sebagai seorang guru, atau syara’ tidak menganggapnya sebagai seorang guru, dan segala sesuatu yang diajarkannya, tidak akan menemui keberkahan, sepanjang hidupnya.


Menurut iman Al- Ghazali, Adab adalah : " Adab atau Akhlak adalah suatu ibarat kepastian mengenai unsur yang konkrit di dalam diri, yang oleh karenanya , lahirlah tingkah laku secara spontan". Merealisasikan Akhak dalam kehidupan merupakan suatu keharusan, begitupun tingkah laku spontan bisa dikontrol, untuk mengontrol dan merealisasikan adab di perlukan suatu ketetapan, disebut ilmu. Misalnya, kita perlu tahu apa yang tidak disukai seseorang, maka di saat kita berada di sampingnya, maka harus dijahui. Seorang pelajar, sudah pasti harus punya adab tersebut, karena kalau tidak, dia tidak pantas menyandang gelar pelajar, terutama adab dengan Gurunya. Begitupun dengan Guru, selain sebagai seorang manusia yang biasa menjalani kehidupan sosial, karena statusnya itu, Guru tentu punya kelakuan khusus, terutama dengan para pelajarnya, alasannya sederhana, karena guru adalah panutan dimana setiap tingkah lakunya, gerak geriknya, ucapannya akan jadi contoh yang utama bagi murid-muridnya, seandainya panutan tersebut tidak baik, maka rusaklah keutuhan sebuah pembelajaran, rusaklah harga sebuah pendidikan. Oleh karenanya, Guru harus sangat benar-benar memperhatikan kelakuannya, terutama dengan muridnya, diantara adab dan kelakuan yang harus di punyai seorang guru diantaranya,adalah :
1.       Menerima masalah yang dibawa oleh murid dan sabar dengannya.
2.    Mempunya rasa kasih sayang yang tinggi, pada segala urusan, terutama yang menyangkut dengan muridnya.
3.       Di saat mau duduk, maka harus memuliakan orang yang telah duduk duluan, duduk dengan sifat lemah-lembut beserta menundukkan kepala.
4.      Tidak takabur dengan semua orang, bukan hanya dengan muridnya saja, kecuali bagi orang yang suka melakukan aniaya, maksiat dan bangga dengan hal tersebut, boleh takabur dengan mereka untuk menolak kedhaliman atau kemaksiatan orang tersebut, karena takabur kepada orang yang takabur adalah sedekah, sebagaimana tawadhu’ dengan orang yang tawaddu’, karena sebagaimana dimaklumi bahwa orang yang berbuat aniaya itu adalah orang yang takabur.
5.       Mendahulukan sifat tawadhu’ di saat berkumpul dengan orang banyak, supaya diikuti oleh mereka.
6.       Meninggalkan bermain-main, bercanda dan bersendau-gurau dengan orang banyak dan terutama dengan muridnya, karena dapat meruntuhkan martabatnya dan penghormatan murid terhadapnya.
7.  Lemah-lembut saat mengajar, terhadap murid yang kurang IQ-nya, murid yang tidak bagus saat mengajukan pertanyaan, murid yang kurang memahami pelajaran, dan sebagainya, maksudnya membaguskan perkataan atau tingkah laku, karena itu akan membantu dan memberi pengaruh besar terhadap perkembangan murid.
8.       Memberi perhatian lebih kepada murid yang bodoh di saat mengajar.
9.       Jangan sekali-kali menyindir apalagi sampai marah terhadap murid yang bodoh tadi, karena kebodohannya.
10.    Tidak boleh malu dan takut mengatakan “ saya tidak tahu” atau “ Wallahu ‘alam” apabila ada satu-satu masalah yang tidak diketahuinya atau kurang jelas maksudnya, karena tersebut dalam satu riwayat hadis, bahwasannya nabi SAW. Pernah ditanyai oleh seorang laki-laki, tentang negeri yang paling buruk, kemudian nabi menjawab, “ saya tidak tahu, saya akan tanyakan kepada jibril ”, kemudian nabi menanyakan hal tersebut kepada jibril As, jibril menjawab “ saya tidak tahu, saya akan tanyakan kepada Allah SWT”.
11.    Ikhlas dan sungguh memperhatikan pertanyaan dari murid, memahami dengan sebenar-benarnya agar bisa dijawab dengan benar dan tepat.
12.    Menerima kebenaran di saat berdiskusi atau berdebat, walau itu datang dari lawannya, karena mengikut yang benar hukumnya wajib.
13.  Jangan takut mencabut pernyataan atau i’tikad yang nyata salah pada kemudian hari, sekalipun kebenaran itu datang dari orang yang derajatnya lebih rendah.
14.  Menegah murid yang mempelajari ilmu yang dapat memudharatkan agama murid itu, atau lainnya, seperti ilmu sihir, ilmu nujum (perbintangan), peramalan dan lain sebagainya. 
15.   Menegah murid yang berencana menuntut ilmu, bukan karena Allah SWT. Atau bukan karena negeri akhirat.
16.    Menegah murid mempelajari ilmu yang bersifat fardhu kifayah sebelum selesai dari ilmu yang bersifat fardhu ‘ain. Fardhu ‘ain yang untuk kemashlahatan dhahir dan bathin si murid, maksudnya, dengan fardhu ‘ain tersebut murid bisa mengerjakan seluruh amalan yang diperintahkan kepadanya dan menjahui segala larangannya.
17.    Segala sesuatu yang diajarkan oleh guru, harus dikerjakan oleh dirinya sendiri terlebih dahulu, sebelum diajarkan kepada orang lain, supaya orang lain tersebut bisa mengetahuinya dari perbuatan guru itu terlebih dahulu, sebelum mendengar langsung dari mulut gurunya, karena pengetahuan yang timbul dari perbuatan lebih kuat pengaruhnya dari pengetahuan yang timbul dari perkataan.
Demikianlah beberapa sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru, sebagaimana yang disebutkan oleh imam Al-Ghazali dalam kitab beliau, Muraqi ‘Ubudiyyah. Apabila pada seorang guru belum mampu mengamalkannya, maka belum pantas disebut sebagai seorang guru, atau syara’ tidak menganggapnya sebagai seorang guru, dan segala sesuatu yang diajarkannya, tidak akan menemui keberkahan, sepanjang hidupnya.

Billahi at-Taufiq
Wallahu ‘alam.

Tidak ada komentar:

Designed Template By Blogger Templates - Powered by BeGeEm